Kenalkah nama ku Fatih, hari - hari indahku berawal dari sehari yang lalu, dimana aku mengenal seorang anak laki-laki meski terlihat biasa namun ada kelebihan pada dirinya.
Aku mengenalnya tanpa sengaja dia murid baru di sekolahku dan dia duduk tepat di belakangku. Seperti biasa gak ada yang spesial yang ada hanya celotehan teman-teman ku yang terdengar, hm. . . dibanding dengerin celotehan teman-teman ku gunakan jam kosong ini untuk tidur, maklum semalem aku tidurnya jam sebelas gara-gara PR kimia yang harus membuat harus terjaga "Huft, gak boleh menyerah gak boleh gak boleh" batinku.
"Aww ." kagetku
"Ma'af Fatih, mengganggu tidurmu" permintaan ma'af dari Isa.
"Iya sa gak apa-apa ko' hanya saja kamu membuatku terbangun dari tidurku"jawabku
"Ma'af, ma'af tih" pintanya
"Iya" jawabku singkat
Jam istirahatpun berbunyi, bergegaslah aku menuju kantin, meski sendirian
"Ih, gara-gara tadi pagi ga sarapan kelaperan jadinya"batinku
Waktu perjalanan menuju kantin ku sempatkan lewat gang dekat ruang osis berharap ketemu kakak Mura sambil lihat mading osis. Tiba-tiba brukkk, tanpa ku sadari diriku menabrak anak baru itu 'Wira'
"Ma'af ma'af tih" kalimat yang cepat terlontar dari mulutnya
"Iya, Wir"jawabku serasa terburu-buru pergi ke kantin
"Eh, mau kemana kamu tih?" tanyanya sambil menghentikan langkahku
"Oh iya, kamu tahu namaku dari mana? Iya nih"jawabku
"Tadi pas kamu di bangunin ama Isa, aku denger dia manggik kamu fatih, aku boleh bareng ga? Aku ga tahu kantinnya nih"jawabnya lagi
"Ya udah ayo, agak cepetan ya, laper ni. . ."jawabku sambil meneruskan langkahku.
Sampainya di kantin langsung saja aku memesan semangkuk bakso "Hampir saja semuanya keluar dari mulutku. Aku lupa Wira ada di dekatku "dalam benakku
"Wir, pesan apa?"tanyaku
"Sama kaya kamu aja sekalin juga minumnya tih"jawabnya
"Iya"singkatku
"Bi, baksonya 2 mangkok sama es tehnya 2"pesanku pada bibi
"Iya, tunggu sebentar ya cantik"jawab bibi
"Makasih bi"singkatku
"iya sama-sama cantik"
Aku hanya bisa tersenyum mendengar kata cantik yang diucapkan bibi.
Ga terasa bel pun berbunyi waktunya masuk kelas kembali.
"ya tuhan, bosan banget di ajar pak Aan, bawaannya ngantuk"
"Ok, hari ini saya akan memilihkan kelompok untuk kalian"seru pak Aan
"Iya pak"jawab kami serentak
"kelompok pertama yaitu Fatih sama Wira"terang pak Aan
"Pak, seharusnya Wira jangan sama Fatih! sama saya aja."celoteh Dhifa. "Pokoknya, keputusan saya tidak dapat di ganggu gugat"
"Yah bapak"jawabnya lesu. "Oke, semuanya sudah terbagi rata, besok lusa kumpulkan tugas kalian dan jangan sampek ada yang terlambat mengumpulkan"jelas pak Aan
Hari esok pun tiba, aku dan Wira mengerjakan tugas dari pak Aan. "Fat, kamu ngerjain yang pilihan ganda, aku yang isian sama uraiannya ya."tawar Wira
"Iya, terserah kamu aja Wir"sahutku
Lalu ku kerjakan tugas dari pak Aan dengan tenang.
"Wir, udah belum ?"tanyaku
"Wir, udah apa belum tugasnya"jelasku
"Ah, kok malah tidur"
Kubangunkan dia, "Wir, bangun dong, tugasnya di kerja'in dong"kalimatku tuk bangunkan Wira
"Hm. . . Iya ma'af tih, ini lho udah selesai"jawabnya
Hm. .
"Hari ini hari Rabu, semoga semuanya berjalan dengan lancar." Amin, do'aku untuk hari ini. Jam pertama adalah sejarah, masuklah Bu Ayu ke dalam kelas
"Baik anak-anak, ibu akan mengadakan ulangan harian, hari ini juga."kata bu Ayu
"Tapi, kan bu. . ."serentak semuanya mendesah
"Fahmi, tolong bantu ibu untuk membagikan soalnya"pinta bu Ayu
"Baik bu" (sambil mengangguk)
"Oh, ya tuhan bagaimana ini, Fatih aja semalem ga belajar"kecewaku
"Anak-anak ulangannya kurang 15 menit lagi"seru bu Ayu
"ya tuhan bagaimana ini, ku coba menoleh ke belakang" (perasaan cemas)
"Ini, tih contek punya aku aja"kata Wira
"Beneran nih?"tanyaku
"Iya."singkatnya
Sejak saat itu aku mulai berfikir, Wira itu baik banget sama aku padahal aku baru aja kenal apalagi tahu tentang dia. Pernah sekali aku melihat senyumnya dan ketawanya di hadapanku padahal Wira belum pernah memperlihatkan ekspresi seperti itu kepada orang lain. Ya tuhan, betapa beruntungnya aku mengenal dirinya, sempat ku berfikir Wira adalah malaikatku tanpa sayap meski tak begitu dekat namun terkadang waktu dan kondisi yang mendekatkan aku dan Wira"
"Terima kasih Wira, aku harap kamu tetap disisiku"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar