Suatu
ketika disaat-saat hanya ada kegembiraan dan permainan diantara kita dan saat
itu juga aku baru duduk dikelas 5 sekolah dasar. Sepulang sekolah aku serasa
melihat sesosok kawan lama ku tapi siapa ya? Akupun tak bisa mengingatnya. Ku
coba untuk bertanya ke teman lama ku.
“Sin,
masih inget anak cowo yang hitam manis yang satu kelas pas di Taman Kanak-kanak
?”Tanya ku sambil mengingat-ngingat ciri-ciri anak itu. Sinta adalah tetanggaku
sekaligus teman semasa Tk.
Hmm“Siapa
ya sa..” jawaban singkat dari Sinta sambil mengingat-ngingat pula.
“Ah,
yang itu lho rumahnya dekat TK.”jelasku sambil menunjuk arah utara.
“Oh
ya , apa mungkin Denny ?”jawab Sinta.
“Bukan
bukan, kayaknya namanya itu Dennis deh ! ”tolakku sambil menyilangkan kedua
tanganku.
“Itu
namanya Denny sa, bukannya Dennis
!”sebutnya lagi untuk meyakinkanku.
“Bukan,
tapi Dennis”bantahku sambil tak percaya “Perasaan dulu itu Dennis deh namanya,
masa’ sekarang Denny ? Apa mungkin aku lupa ??”batinku serasa mengingatnya.
“Ya,
kalau kamu ga percaya ya udah terserah, coba buktikan aja Tanya ke temannya”
kesal Sinta sambil meninggalkan ku sendiri.
“Apa
aku terlalu ya”batinku lagi. “Eh, Sin Sinta.. tunggu dong, mau kemana sih ?
masa’ aku ditinggal sendiri ?”teriakku pada Sinta.
“Aku
mau pulang dulu, kesal aku sama kamu.”jawabnya dengan cepat sambil mempercepat
langkah.
***
Wah,
hari ini banyak banget yang kosong, “Ngapain ya enaknya ?”tanyaku dalam batin.
“Sa,
ayo ngumpul bareng anak-anak”ajak Tata serasa bergegas menuju tempat duduk ku.
Tata adalah teman dekatku.
“Dimana
emangnya sih ?”Tanya ku cepat sambil memandang Tata.
“Di
tempatnya Cindy itu lho”jawabnya sambil menunjuk tempat Cindy duduk.
“Okelah”jawabku sambil bergegas menuju
tempat duduk Cindy. Cindy adalah temanku yang tubuhnya bisa dikatakan ideal.
“Hei,
gimana kalau kita nyanyi-nyanyi sambil ngilangin bosan ? gimana”.ujar Cindy.
“Menurutku
oke juga itu”jawab Adel sambil mengacungkan kedua jari jempolnya.
“Hmm,
apa ga ganggu yang lain, yang lain masih ada pelajaran tuh”jawab Risa sambil
menoleh ke kanan dan kekiri “Ntar kalo ada guru tiba-tiba dating
gimana?”lanjutnya serasa sangat khawatir. Risa adalah teman semasa Tk ku. Tapi
Risa tak mengenal Sinta. Karena aku dulu sekolah di 2 Tk.
“Udahlah,
5 menit lagi juga udah bel istirat ko”jawab Cindy dengan meyakinkan tak kan ada
guru yang masuk ke kelas.
“Iya
benar itu kata Cindy”Tata juga ambil jalan untuk ngomong.
“Hm,
gini aja. Kita tunggu sampai bel istirahat berbunyi dulu”aku pun ikut bicara.
“Ya
udah deh”jawab mereka serempat sambil merubah ekspresi wajah mereka.
“Udahlah,
bentar lagi juga bel”jawabku.
“Tet
.. tet ..”Bunyi bel pun berbunyi.
“Tuh
kan udah bel”lanjutku.
“Ah
yaudah deh, makan dulu aja yukk”ajak Adel. Adel juga teman Tk ku bersama Risa.
“Ayo
makan dulu aja”balas Risa.
“Eh,
tapi sebelumnya shalat dhuha dulu yukk”ajak Ika. Ika ini anaknya putih seperti
orang jepang tinggi pula.
“Ayo,
itukan udah jadi hal yang penting buat kita semua”sahut Tata.
Maklum
sekolah ku dulu Madrasah Ibtidaiyah, jadi itu sudah jadi bagian sehari-hari
kita.
***
“Kamu
ya yang jadi imamnya del”pintaku ke Adel sambil mengangguk.
“Iya”jawabnya
singkat sambil memilih tempat untuk ditempati.
Selesainya
shalat kita semua mengobrol sedikit tentang Bu Lina. Beliau seorang guru bahasa
arab, menurutku sih enak-enak aja di ajar sama Bu Lina, Cuma anak-anak pada gak
suka karena mereka tak suka dengan pelajaran bahasa arab. Serasa dituntut bisa,
padahal anak-anak gak suka banget cara itu. Seharusnya member kesempatan untuk
bertanya, eh malah suruh ngerjain tugas.
“Eh,
kelasku tadi diajar sama bu Lina”sedikit cerita dari Ify mengenai Bu Lina. Ify
adalah teman tetangga kelasku.
“Emang
kenapa ?”tanyaku sambil penasaran.
“Tadi
itu kan sekelas gak ada yang bisa jawab pertanyaan, eh malah pergi aja dan juga
ramai banget kelasku. Maklumlah boring abiss.. ”sahutnya sambil kesal
mengingat-ngingat hal itu. “Oh, berarti kamu harus pintar-pintar mencuri
kesempatan untuk bertanya dari pada begitu aja”jawabku sambil menenangkan
pikirannya.
“Oh
iya sa.. makasi ya”balasnya.
“Iya,
ya udah shalat dhuha dulu sana, aku pergi ke dapur dulu ya..”sahutku sambil ku
meneruskan langkah kakiku.
“Sa,
kenapa lho Ify?”Tanya Ika.
“Tadi
kan dia diajar sama Bu Lina, trus gak ada yang bisa jawab pertanyaan. Trus Bu
Lina nya pergi gitu aja”terangku kepada Ika.
“Oh
gitu ya.. cepet sa jalannya jangan lama-lama ntar keburu masuk”sahutnya.
***
Istirahat
keduapun berbunyi, aku pun bergegas menuju masjid untuk menunaikan shalat
berjama’ah. Seusainya aku pun duduk tepat didepan kelas melihat anak laki-laki
main sepak bola.
“Bukankah
itu Dennis ?”batinku serasa tak percaya. “Apa dia sekarang sekolahnya disana ?
mungkinkah ?”lanjutku.
“Sa,
kamu ngejagoin siapa? Edo apa Kevin ?”Tanya Tata serasa menggebu-gebu.
“Sa,
kamu denger nggak ?”Tanya nya untuk kedua kalinya.
“Oh,
iyaya. Apa emangnya ta ?”sahutku sambil menggaruk-garuk kepala.
“Ah,
kamu ini, hayo mikirin apa itu ?”sahut Tata.
“Eh
, nggak nggak. tadi kamu ngomong apaan sih ?”Tanya ku lagi.
“Itu
lho, kamu ndukung siapa Edo apa Kevin”terang Tata lagi, sambil menunjuk timnya
Edo sama Kevin.
“Ah
ga ndukung akunya, aku Cuma pengen lihat aja”jawabku sambil menikmati permainan
bola mereka.
“Ah,
payah kamu sa, masa’ ga ada yang kamu ndukung ?”desahnya Tata sambil
mengerutkan keningnya.
Aku pun hanya tersenyum tipis kepadanya. Tak
berapa lama bola pun keluar lapangan tepat didekatku.
“Sa,
lemparin bolanya dong?”sambil menunjuk bola yang dimaksud.
Aku
pun hanya melihat dia menunjuk bola, tanpa merespon perkataannya tadi. “Oh
yaya, ma’af ma’af”jawabku sambil melemparkan bola kepadanya.
“Ah,
kamu ini ta, ko ga bilang kalo bolanya ada didekatku”akupun mengerutkan kening.
“Emang
perlu ? Hayoo, mikirin apa itu ?”tanyanya lagi sambil melirikkan matanya.
“Eh
beneran deh ga mikirin apa-apa”jawabku sambil meninggalkan tempat dudukku.
***
Sepulang
sekolahpun aku bergegas menuju rumah Sinta.
“Sinta
sinta..”panggilku sambil mengetuk pintu rumahnya.
“Siapa
ya ?”terdengar suara Bibi.
“Ini
Annisa bi”balasku.
“Oh
neng Nisa, non Sintanya lagi keluar nih”jawab bibi.
“Kemana
bi ?”tanyaku, “Ma’af neng bibi gak tahu. Apa ada yang perlu bibi sampein ke non
Sinta?”tawar bibi sambil mempersilahkan aku masuk ke rumah Sinta.
“Eh, ga usah bi, ntar bilang aja sama Sinta
kalau Nisa kesini”jawabku tanpa masuk rumah Sinta
“Oh iya neng”balas bibi.
Setelah
keluar dari rumah Sinta…
“Kemana
ya Sinta, tumben ga ada dirumah ?”pikiranku melayang-layang karena aku ingin
menanyakan suatu hal ke dia. “Ah ya udah deh..”. sampainya dirumah akupun
tertidur pulas untuk meringankan beban yang ada dipikiranku.
Aldila Rizki K.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar