Disaat saat
keraguan mulai menghinggapi terlukis seribu kebosanan, mengapa harus ada flashback toh kita bisa membuat lembaran
baru. Aku dan dia mulai bertukar sapa, cerita satu sam lain dan di tengah jalan
pun salah satu dari kita merasa terbebani. Itu bukan aku tapi dia, “Akupun tak
tahu mengapa Ia bisa berpikir begitu?” terkadang aku berpikir apa dia udah
merasa tak cocok dengan ku atau mungkin Ia ingin pergi dari jeratku. Mengapa
seperti ini ?
Seharusnya tak usah
memulai daripada harus mengakhiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar